Sumber : http://buddhazine.com/dharma-pelindung-dunia/
Purnama siddhi di bulan Waisak telah
tiba. Bulan purnama yang ditunggu oleh umat Buddha untuk mengingat dan
merenungkan makna spiritual dan semangat dalam tiga peristiwa besar
sebagai bentuk penghormatan kepada Buddha. Tiga peristiwa ini adalah
lahirnya Pangeran
Siddharta Gotama di Lumbini, di taman yang indah tahun
623 SM. Beliau adalah Bodhisatta yang turun ke bumi dari surga Tusita
untuk menjadi Buddha (M.iii.120).
Pencapaian Pencerahan Bodhisatta Siddharta Gotama atau keberhasilan
dalam mewujudkan Nibbana dan menjadi Sammāsambuddha di Bodhgaya, di
bawah pohon Bodhi tahun 588 SM (M.i.249). Parinibbana Buddha Gotama di
Kusinara, di antara dua pohon Sala kembar tahun 543 SM (D.ii.156). Tiga
peristiwa besar yang terjadi pada purnama di bulan Waisak merupakan
totalitas kehidupan yang penuh dengan dedikasi dan karya besar bagi
spiritual dan kemanusiaan dunia.
Buddha adalah Guru spiritual yang sangat peduli terhadap kebahagiaan
dunia. Begitu besar belas kasih Buddha kepada dunia, sehingga Beliau
membabarkan Dharma kepada mereka yang telah siap menerimanya (M.i.169).
Dharma yang diajarkan Beliau diantaranya adalah instruksi kedisiplinan
moral sebagai pondasi untuk melindungi makhluk dari bahaya-bahaya dunia.
Mereka yang telah siap dengan keyakinan mengambil perlindungan kepada
Buddha, Dharma, dan Sangha. Buddha menginstruksikan Jalan Perlindungan
di dalam kedisiplinan latihan lima moralitas (pañcasila); kedisiplinan
latihan lima moralitas ini adalah menghindari pembunuhan, pencurian,
asusila, ucapan salah, dan menghindari mengkonsumsi zat yang memabukkan
(A.iv.120).
Kedisiplinan lima moralitas dapat muncul dan menjadi kebiasaan hidup
apabila manusia memiliki kualitas baik yang menjadikan pelindung dunia
(dhammā sukkām lokam pālenti), yaitu perasaan malu terhadap tindakan
mengesampingkan moralitas dan perasaan takut akibat mengesampingkan
moralitas (hirī ca ottappañca) (A.i.51). Perasaan malu adalah papan
sandaran (S.i.33). Jika kita dapat melihat ke dalam diri, bahwa kita
adalah manusia yang beragama, berbudaya, cerdas dan bermoral, maka akan
muncul perasaan malu terhadap tindakan yang mengesampingkan moralitas.
Demikian halnya dengan perasaan takut terhadap perbuatan salah
melalui jasmani, ucapan dan pikiran yang tidak bermanfaat (M.ii.356).
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Dharma Pelindung Dunia"
Post a Comment