ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MENTAL DAN
HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu proses untuk merubah
perilaku peserta didik yaitu upaya mengubah masukan berupa siswa yang belum
terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan
tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.
Demikian pula siswa
yang memiliki sikap, kebiasaan, dan tingkah laku yang belum mencerminkan
eksistensi dirinya sebagai pribadi yang baik, menjadi siswa yang memiliki
sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang lebih baik.
Menurut teori Behavioristik
pembelajaran merupakan usaha guru dalam membentuk tingkah laku yang diinginkan
dengan menyediakan lingkungan (stimulus). agar terjadi hubungan stimulus dan
respons (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan dan setiap latihan yang
berhasil harus diberi hadiah dan atau reinforcement (penguatan). Dalam Undang
-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 di
nyatakan bahwa Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam pembelajaran terjadi
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran
dan pembentukan sikap tingkah laku pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. Pembelajaran mempunyai pengertian yang hampir sama dengan
pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Pembelajaran adalah
pemberdayaan potensi peserta didik.
Menurut Harefa (dalam Pidarta,
2007:196), dari bidang atau mata pelajaran keilmuan, pembelajaran berarti
belajar bagaimana belajar atau learning how to learn dan belajar bagaimana berpikir
atau learning
how to think sesuai
dengan prinsip-prinsip keilmuan tertentu. Dilihat dari bidang atau mata
pelajaran keterampilan, pembelajaran berarti belajar melakukan atau learning how to do Dilihat dari bidang atau mata
pelajaran yang bersifat sosial budaya, pembelajaran berarti belajar bergaul
atau learning
how to live together.
Terkadang usaha untuk mencapai
tujuan pembelajaran memiliki beberapa kendala sehingga tujuan yang ingin
dicapai tidak mengalami perubahan. Pendidik sebagai penggerak dalam
pembelajaran memiliki peran yang amat penting untuk mengetahui kondisi peserta
didik dalam melakukan tugasnya, agar pembelajaran berjalan sesuai dengan
harapan maka pendidik harus memiliki tugas mengetahui kondisi peserta didik
maupun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran baik itu
dalam diri peserta didik maupun kondisi yang terdapat diluar peserta didik.
Menurut ngalim purwanto (1992.102) menjelaskan bahwa
proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam
tingkah laku dan atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu
tergantung kepada bermacam-macam faktor . Adapun faktor-faktor itu, dapat kita
bedakan menjadi dua golongan:
1)
Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang
kita sebut faktor individual yaitu faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdaasan,
latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
2)
Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor
sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar dan motivasi sosial.
Menurut Muhibbin (1999.130) faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1) Faktor
internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan
rohani siswa. (2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi
lingkungan di sekitar siswa. (3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.
Sedangkan menurut Sumadi
Suryabrata (1998.233),
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: 1) Faktor-faktor yang
berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih dapat digolongkan menjadi dua
golongan, dengan catatan overlapping tetap ada, yaitu: a)
Faktor-faktor non-sosial yaitu: (1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara, cahaya,
cuaca dan lain sebagainya. (2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar,
fasilitas belajar dll. Software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya. b) Faktor-faktor sosial yang meliputi
lingkungan social keluarga dan lingkungan sosial masyarakat
2) Faktor-faktor yang berasal
dari dalam diri si pelajar, digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
a)
Faktor-faktor fisiologis yaitu faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu.
b)
Faktor-faktor psikologis yaitu keadaan psikologis
seseorang diantaranya kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
Pada aspek psikologis siswa, faktor yang mempengaruhi
proses belajar antara lain tingkat intelegensia, perhatian dalam belajar, minat
terhadap materi dan proses pembelajaran, jenis bakat yang dimiliki, jenis
motivasi yang dimiliki untuk belajar, tingkat kematangan dan kedewasaan, faktor
kelelahan mental atau psikologis, tingkat kemampuan kognitif siswa, tingkat
kemampuan afektif siswa, serta bentuk-bentuk lainnya (Irham.2013.127).
Dalam Abhidhammatthasangaha II dijelaskan bahwa
faktor-faktor mental disebut cetasika yaitu keadaan yang bersekutu dengan citta
atau kesadaran (Kaharudin, 1991, II,108). Faktor-faktor mental berpengaruh
terhadap batin, apakah batin menjadi terang ataukah gelap, menguntungkan
ataukah merugikan, mudah diatur ataukah susah diatur, welas asih ataukah kejam,
oelh karena itu, untuk mengembangkan kebaikan dan menghindari kejahatan, maka
penting sekali untuk mempelajari berbagai macam tipe-tipe faktor-faktor mental
beserta karakteristik-karakteristiknya (Susila (2012,I,69).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat
di pahami bahwa pembelajaran itu merupakan proses yang cukup kompleks yaitu
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan pembentukan
sikap tingkah laku. Keberhasilan dari proses tersebut tergantung bagaimana
seorang guru biasa memberikan motivasi kepada anak didik untuk memberdayakan
faktor-faktor mental yang berguna dan menekan faktor-faktor mental yang
merugikan. Setiap individu yang mengalami proses pembelajaran akan menampakkan
keberhasilan jika semua faktor-faktor mental yang pendukung kearah lebih baik
di maksimalkan dengan sebaik mungkin dan faktor-faktor mental yang merugikan di
hindari. Oleh karena itu dalam makalah ini akan menggali beberapa faktor yang
mempengaruhi pembelajaran, namun karena luasnya faktor-faktor tersebut maka sesuai
dengan topik pembahasan dalam mata kuliah Psikologi Buddhis maka penulis akan
membatasi membahas hanya faktor psikis saja yang tentu faktor-faktor tersebut
digali dari agama Buddha yaitu faktor-faktor mental (cetasika) yang terdapat
dalam kitab suci Abhidhamma.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah konsep faktor faktor mental/batin?
2.
Bagaimana karakteristik Faktor-faktor mental/batin?
3.
Apa saja faktor mental universal?
4.
Apa saja faktor mental particular?
5.
Apa saja faktor mental tidak berguna/sehat?
6.
Apa saja faktor mental yang indah/sehat?
7.
Bagaimana implikasi faktor -faktor mental hubungannya
dengan pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
1
Menjelaskan konsep faktor faktor mental/batin
2
Mengetahui karakteristik faktor-faktor mental/batin
3
Mengetahui faktor mental universal
4
Mengetahui faktor mental particular
5
Mengetahui faktor mental tidak berguna/sehat
6
Mengetahui faktor mental yang indah/sehat
7
Menjelaskan implikasi faktor -faktor mental
hubungannya dengan pembelajaran
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah
ini adalah agar bisa mengetahui faktor-faktor mental yang dimiliki oleh peserta
didik menurut Buddha Dhamma dan hubungannya dengan pembelajaran. Sehingga dalam
proses pembelajaran sebagai seorang pendidik dapat merancang model atau metode
pembelajaran dengan memperhatikan faktor-faktor mental yang dimiliki anak
didik, faktor mana yang hendaknya dikembangkan dan faktor-faktor mental apa
saja yang harus ditekan sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara oktimal.
. BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Faktor faktor Mental/Batin
Faktor-faktor mental/batin
dalam Abhidhamma disebut cetasika yaitu keadaan yang bersekutu dengan
kesadaran/pikiran (citta). Metadewi (1994, 97) menjelaskan bahwa kelompok batin
yang terdiri atas citta dan cetasika itu selalu timbul dan padam bersama. Jika
citta timbul maka cetasika pun ikut timbul dan sebaliknya apabila citta padam
maka cetasika pun juga ikut padam. Hal ini dapat diibaratkan dengan bayangan
suatu benda yang tidak pernah berpisah dengan bendanya.
Hubungan ini, menurut Hukum
Hubungan Yang Berkondisi Patthana disebut "hubungan keterkaitan
(asosiasi)" (sampayutta paccayo) Kedua realitas ini bekerja saling
mendukung. Walaupun demikian, kesadaran disebut sebagai pelopornya, sementara
faktor-faktor mental membantu proses pengenalan dan pemahaman terhadap
objeknya. Kombinasi antara faktor-faktor mental dan kesadaran ini disebut
"batin atau mental" Susila (2012,I,68).
Menurut Sikkhananda (2011, 61) hubungan antara
kesadaran dan faktor mental bagaikan presiden dan rombongannya dimana jika
seorang presiden datang di suatu tempat selalu datang disertai oleh
rombongannya. Begitu juga dengan kesadaran, kesadaran muncul selalu disertai
oleh faktor mental. Sedangkan Susila (2012,I,109) menjelaskan bahwa
faktor-faktor mental dan kesadaran adalah saling berketergantungan
faktor-faktor mental membantu kesadaran di dalam keseluruhan tindakan kognitif,
apakah itu tindakan mencicipi rasa, melihat sebuah objek, mendengar suara,
mencium bau, merasakan objek yang berbentuk, atau mengalami objek mental. Tanpa
bantuan faktor-faktor mental, maka kesadaran tidak bisa mengenali dan memahami
sebuah objek secara menyeluruh.
Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut dapat dimengerti bahwa muncul dan tenggelamnya faktor-faktor mental
cetasika selalu bersama-sama dengan muncul dan tenggelamnya kesadaran dan
cetasika ini menentukan baik buruknya suatu kesadaran.
Faktor-faktor mental/batin
(cetasika) yang berjumlah 52 jenis tersebut secara garis besar dalam
Abhidhammatthasangaha II (1991, 103-104) terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1)
Annasamana Cetasika 13, bentuk-bentuk batin yang
bersekutu dengan kesadaran/pikiran yang baik maupun jahat. Cetasika ini
sifatnya mengikuti sifat dari citta yang disekutuinya.
2)
Akusala Cetasika 14, bentuk-bentuk batin tidak
berguna/ tidak baik Kelompok ini merupakan kelompok cetasika yang memberikan
pengaruh buruk kepada citta yang disekutuinya.
3)
Sobhana Cetasika 25,bentuk-bentuk batin
berguna/baik karena mereka bersekutu dengan semua kesadaran yang cantik
(sobhana citta).
B. Karakteristik Faktor-Faktor Mental/Batin
Kaharudin (1991,103)
menjelaskan faktor-faktor mental (cetasika) berjumlah 52 jenis, gejala yang
bersekutu dengan citta disertai dengan 4 macam sifat yaitu:
1)
Ekuppada, yang berarti timbulnya bersama dengan citta.
2)
Ekanirodha, yang berarti padamnya bersama dengan citta
3)
Ekalambana, yang berarti mempunyai objek sama dengan
citta.
4)
Ekavatthuka, yang berarti pemakaian objek sama dengan
citta.
Menurut Susila (2012,I,70)
Faktor-faktor mental memiliki empat karakteristik, sebagai berikut: (1) Mereka
muncul bersama dengan kesadaran (ekuppada) (2) Mereka lenyap bersama dengan
kesadaran (ekanirodha) (3) Mereka memiliki objek yang sama dengan kesadaran
(ekalambana) Contohnya, kalau kesadaran mata menggunakan sebuah objek yang
terlihat sebagai objek, maka faktor-faktor mental terkaitnya harus juga
menggunakan objek yang sama. (4) Mereka memiliki landasan yang sama dengan
kesadaran (ekavatthuka). Contohnya, kalau kesadaran mata muncul bergantung pada
landasan mata, maka faktor-faktor mentalnya juga harus muncul bergantung pada
landasan mata.
Karakteristik faktor mental/batin (cetasika) memiliki
sifat yang tidak sama, sehingga berdasarkan sifat-sifatnya yang berbeda itu
dari ke 52 jenis cetasika tersebut dapat di kelompokkan menjadi beberapa bagian
yaitu: 1) Annasamana Cetasika 13
Cetasika ini terdiri dari dua bagian yaitu:
a)
Sabbacittasadharana-cetasika 7, yaitu 7 macam bentuk-bentuk batin yang
bersekutu dengan semua kesadaran atau pikiran yang baik maupun jahat, Cetasika
ini menyertai setiap kejadian tunggal dari kesadaran/pikiran.
b)
Pakinnaka-cetasika 6, (6 Macam bentuk-bentuk batin yang bersekutu dengan
sebagian kesadaran/pikiran, Cetasika ini dapat berhubungan dengan citta yang
baik dan yang tidak baik, cetasika ini tidak bersekutu pada semua kesadaran,
tetapi hanya kesadaran/pikiran tertentu saja.)
2) Akusala Cetasika 14
Cetasika ini terdiri dari 5 jenis yaitu:
a)
Mocatuka Cetasika 4 ( 4 macam bentuk-bentuk batin yang
dipimpin oleh moha cetasika.
b)
Lotika Cetasika 3, (3 macam bentuk-bentuk batin yang
dipimpin oleh lobha cetasika.
c)
Docatuka Cetasika 4, (4 macam bentuk-bentuk batin yang
dipimpin oleh dosa cetasika)
d)
Thiduka Cetasika 2, (2 macam bentuk-bentuk batin yang
dipimpin oleh thina cetasika)
e)
Vicikiccha Cetasika 1 (Vicikiccha Cetasika hanya
terdiri atas satu jenis, yaitu vicikiccha/keragu-raguan.
3) Sobhana Cetasika 25
Cetasika ini terdiri dari 4 jenis yaitu:
a)
Sobhanasadharana Cetasika 19 (19 macam bentuk-bentuk
batin yang bersekutu hanya dengan kesadaran/pikiran yang baik)
b)
Virati Cetasika 3 (3 macam bentuk-bentuk batin yang
terbebas dari kejahatan menjadi pemimpin.)
c)
Appamanna Cetasika 2 (2 macam bentuk-bentuk batin yang
tidak terbatas)
d)
Pannindriya Cetasika 1, (1 macam bentuk-bentuk batin
yang bijaksana).
C. Faktor Mental Universal
faktor mental universal
merupakan bentuk-bentuk batin yang bersekutu dengan semua kesadaran atau
pikiran yang baik maupun yang jahat, Cetasika ini menyertai setiap kejadian
dari kesadaran/pikiran manusia yang berhubungan dengan duniawi dan bersifat
universal. Susila (2012,I,70-76) menjelaskan bahwa yang termasuk faktor mental
universal adalah Sabbacittasadharana cetasika 7 yaitu :
1)
Phassa, yang berarti kontak. Kontak berarti kemampuan
untuk menyentuh atau menekan objek yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Namun
perlu di ketahui bahwa istilah kontak ini bukan berarti kontak secara fisik.
2)
Vedana, yang berarti perasaan. Perasaan berarti
kemampuan untuk mengenal rasa. Seperti halnya kontak, perasaan merupakan sebuah
kekayaan penting bagi setiap kesadaran. Perasaan dapat berwujud menyenangkan,
tidak menyenangkan, netral (bukan menyenangkan juga bukan tidak menyenangkan)
Perasaan merupakan faktor batin yang merasakan objek ketika objek itu 'kontak'
dengan indera.
3)
Sanna, yang berarti pencerapan. Pencerapan berarti
pengenalan suatu objek atau persepsi indera. Karakteristik utama dari sanna ini
adalah kognisi atas objek dengan cara menandai, seperti biru, hitam, dan
sebagainya.
4)
Cetana, yang berarti kehendak. Kehendak berarti
kemauan atau niat untuk berbuat yang baik atau yang tidak baik. Kehendak,
merupakan faktor batin yang berfungsi di dalam koordinasi dan akumulasi. Cetana
mengkoordinasikan faktor-faktor batin yang berhubungan dengannya dalam merespon
terhadap objek. Cetana memegang peranan penting di dalam semua jenis aksi, baik
moral, maupun immoral.
5)
Ekaggata, yang berarti pemusatan pikiran atau
konsentrasi atau meditasi atau samadhi. Ekaggata merupakan salah satu faktor
jhana. Konsentrasi terhadap satu objek, merupakan faktor batin yang mengkosentrasikan
batin terhadap satu objek.
6)
Jivitindriya, Penghidup batin, merupakan faktor batin
yang melebur kehidupan ke dalam faktor-faktor batin yang berhubungan dengannya,
Walaupun cetana menentukan aktivitas dari semua faktor batin, jivitindriya yang
meng-infusi kehidupan ke dalam cetana dan faktor batin lainnya.
7)
Manasikara, yang berarti perhatian. Manasikara
bermanfaat untuk membawa objek keinginan itu ke dalam bidang kesadaran.
D. Faktor mental particular
Faktor mental particular
adalah bentuk-bentuk batin yang bersekutu dengan sebagian kesadaran atau
pikiran atau citta. Cetasika ini dapat berhubungan dengan citta yang baik dan
yang tidak baik, tetapi hanya tipe-tipe kesadaran tertentu. Yang dimaksud dengan
faktor mental ini menurut Susila (2012,I,77-79) adalah Pakinnaka Cetasika 6
jenis yaitu:
1)
Vitakka, yang berarti perenungan permulaan dari
pikiran. Vitakka bermanfaat untuk mengarahkan pikiran pada objek.
2)
Vicara, yang berarti perenungan penopang dari pikiran,
yaitu perenungan sebagai pendukung atau penopang atau yang memegang pikiran.
Vicara bermanfaat untuk memegang pikiran dan mengatur di dalam objek.
3)
Adhimokkha, yang berarti keputusan, atau keadaan
pikiran yang menyendiri, bebas dari objek, yaitu khusus mengenai kebebasan
pikiran dari gelombang keadaan di antara dua sumber, yaitu 'ada' atau 'tidak
ada', 'benar' atau 'tidak benar'.
4)
Viriya, yang berarti semangat atau tenaga, atau usaha
dari pikiran di dalam perbuatan. Viriya terbagi atas dua macam, yaitu usaha
yang benar dan usaha yang salah. Faktor batin ini yg membangkitkan semangat dan
memiliki ciri khas mendukung, mengukuhkan, mempertahankan faktor-faktor batin.
5)
Piti, yang berarti kegiuran atau kegembiraan dari
pikiran yang telah terlepas dari keruwetannya, faktor batin yg tergiur /
tertarik pada objek. Piti bukanlah perasaan menyenangkan (sukha), akan tetapi
merupakan precursor dari perasaan menyenangkan tersebut. Piti membuat
ketertarikan kpd objek.
6)
Chandha, yang berarti keinginan untuk berbuat,
misalnya keinginan untuk pergi, keinginan untuk berbicara, dan sebagainya.
Chandha terdiri atas tiga jenis, yaitu:
a)
Kamacchanda , harapan untuk nafsu-nafsu indera
(immoral)
b)
Kattukamyatta, harapan untuk berbuat (unmoral)
c)
Dhammachanda, harapan untuk mencapai suatu pencapaian
dhamma (moral).
E. Faktor mental tidak berguna/sehat
Dalam Abhidhamma faktor mental
tidak berguna terdiri dari empat belas jenis bentuk-bentuk batin yang tidak
baik (Akusala Cetasika 14). Kelompok ini merupakan kelompok cetasika yang
memberikan pengaruh buruk kepada citta yang disekutuinya. Kelompok inilah yang
bekerja di balik layar dari setiap kesadaran yang tidak baik. Pelajari dan
pahamilah dengan baik dari setiap cetasika ini, karena hal itu akan
mendatangkan manfaat yang sangat besar yang berasal dari kemampuan untuk
menghindari perbuatan tidak baik (Sikkhananda 2011, 74).
Kekotoran-kekotoran batin
muncul dalam bentuk faktor-faktor mental. mereka selalu muncul dikarenakan
pemahaman yang tidak bijaksana. Dengan mempelajari dan memahami karakteristik-
karakteristik mereka, maka kita bisa belajar untuk menghentikan
kekotoran-kekotoran batin ini dengan menerapkan usaha benar (Susila,2012,I,69).
Akusala Cetasika 14 terdiri
dari 5 bagian yaitu;
1)
Mocatuka Cetasika 4 : Berarti bentuk-bentuk batin yang
dipimpin oleh moha cetasika. Mocatuka Cetasika terdiri atas empat jenis, yaitu
moha; kebodohan batin, ahirika : tidak ada rasa malu, anottappa: tidak ada rasa
takut, dan uddhacca: Kegelisahan.
2)
Lotika Cetasika 3 : bentuk-bentuk batin yang dipimpin
oleh lobha cetasika, terdiri dari 3 jenis yaitu: Lobha: ketamaan, Ditthi :
kekeliruan, Mana: Kesombongan.
3)
Docatuka Cetasika 4 : berarti bentuk-bentuk batin yang
dipimpin oleh dosa cetasika. Docatuka Cetasika terdiri atas empat jenis, yaitu
dosa: kebencian, issa: iri hati, macchariya: egois, dan kukkucca: kekuatiran.
4)
Thiduka Cetasika 2: Bentuk-bentuk batin yang dipimpin
oleh thina cetasika. Terdiri atas dua jenis, yaitu thina: kemalasan dan middha:
kelelahan. Kedua jenis bentuk batin ini merupakan bentuk-bentuk batin yang
tidak baik. Jika seseorang memiliki bentuk-bentuk batin ini, maka ia menjadi
malas untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik.
5)
Vicikiccha Cetasika: Terdiri atas satu jenis, yaitu
vicikiccha. Vicikiccha berarti keragu-raguan atau kebingungan, yaitu
ketidakpercayaan terhadap apa yang harus dipercayai, atau ketidakyakinan
terhadap apa yang harus diyakini.
F. Faktor mental yang indah/sehat
Bentuk-bentuk batin yang baik.
Disebut demikian karena cetasika ini umum bagi seluruh kejadian moral yang baik
dari kesadaran. Cetasika ini muncul dalam kombinasi yang beraneka ragam dalam
pernyataan kesadaran yang baik yang dimaksud dengan faktor mental yang indah
menurut Susila,(2012,I,89-100). adalah Sobhana Cetasika yang terdiri dari 25
jenis: 1) Sobhanasadharana Cetasika 19
a)
Saddha = keyakinan adalah "kepercayaan diri yang
bisa diverifikasi" terhadap apa yang bajik dan bermanfaat, mempercayai apa
yang patut untuk dipercayai
b)
Sati = perhatian penuh terhadap objek sesuai kondisi
yg sesungguhnya. Perhatian-penuh ini dibutuhkan dalam setiap situasi, karena
perhatian-penuh melindungi batin dari gejolak keresahan karena usaha yang
berlebihan, dan dari kemalasan karena konsentrasi yang berlebihan.
c)
Hiri = malu untuk berbuat jahat. Malu-bertindak keliru
memiliki karakteristik jijik terhadap tindakan tubuh dan ucapan yang salah.
Dengan merenungkan nilai-nilai kelahiran, reputasi, pendidikan, status sosial,
atau umurnya, kebalikan dari ahirika (lihat ahirika).
d)
Ottappa = kebalikan dari anottappa (lihat anottappa)
yaitu merasa takut-bertindak keliru atau tidak baik memiliki karakteristik
ketakutan untuk berbuat jahat. Seseorang mempertimbangkan
konsekuensi-konsekuensi menyakitkan dari perbuatan-perbuatan buruk, yang
mungkin mencakup menyalahkan diri sendiri, dipersalahkan oleh orang-orang lain,
hukuman berlandaskan undang-undang, dan penderitaan di masa depan.
e)
Alobha = kebalikan dari lobha (lihat lobha cetasika).
Alobha merupakan faktor batin yg bertanggung jawab di dlm sikap murah hati,
tanpa ketamakan memiliki karakteristik tidak adanya nafsu keinginan, dan tidak
melekat pada sebuah objek.
f)
Adosa = kebalikan dari dosa (lihat dosa cetasika).
Adosa merupakan faktor batin yg bertanggung jawab terhadap sikap batin cinta
kasih terhadap semua makhluk (metta di dalam brahma vihara / appamanna 4)
g)
Tatramajjhattata = faktor batin yg bertanggung jawab
dlm sikap seimbang di dalam menghadapi kondisi yg bergejolak (upekkha di dalam brahma
vihara / appamanna 4) Netralitas-mental adalah suatu sikap mental yang
seimbang, tidak melekat, dan tidak berpihak. Netralitas- mental ini memiliki
karakteristik mempertahankan kesadaran dan faktor-faktor mentalnya datar saja.
h) Kayapassaddhi dan cittapassaddhi = faktor batin yg bertanggung jawab di
dalam ketenangan faktor-faktor batin (kaya) dan kesadaran (citta). Faktor batin
ini lawan dari kegelisahan dan kekhawatiran.
i) Kayalahuta dan cittalahuta = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam
keringanan / kecepatan faktor-faktor batin dan kesadaran di dlm menanggapi
objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari thina-middha yg menyebabkan
sikap berat batin did lm menanggapi objek.
j)
Kayamuduta dan cittamuduta = faktor batin yg bertanggung jawab menyingkirkan
rigiditas (thambha) dlm faktor-faktor batin dan kesadaran ketika menanggapi
objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari miccha-ditthi dan mana yg
menimbulkan rigiditas. k) Kayakammannata dan cittakammannata = faktor batin yg
bertanggung jawab did lm adaptabilitas / penyesuaian faktor-faktor batin dan
kesadaran terhadap objek yg dialami. Faktor batin ini merupakan lawan dari sisa
rintangan abtin lainnya.
l)
Kayapagunnata dan cittapagunnata = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam
keahlian faktor batin dan kesadaran di dalam memperlakukan objek. Faktor batin
ini merupakan lawan dari sikap batin yg tidak yakin dan seterusnya. Faktor
batin ini menekan kesakitan faktor batin dan kesadaran.
m)
Kayujukata dan cittujukata = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam
keterusterangan faktor batin dan kesadaran di dlm menanggapi objek. Faktor
batin ini merupakan lawan dari sikap munafik dan ketidakterusterangan.
2) Virati Cetasika 3
Bentuk-bentuk batin yang
terbebas dari kejahatan sebagai pemimpin yaitu: Samma Vaca/bicara benar, Samma
Kammanta/perbuatan benar, dan Samma Ajiva/ pencaharian benar.
3) Appamanna Cetasika 2
Bentuk-bentuk batin yang tidak
terbatas. Disebut demikian karena objek-objek tersebut tanpa batas., yaitu
karuna dan mudita.
4) Pannindriya Cetasika 2:
Pannindriya Cetasika yaitu
panna/kebijaksanaan, yaitu dapat melihat hidup dan kehidupan ini dengan
sewajarnya, bahwa hidup dan kehidupan ini dicengkeram oleh Tilakkhana (anicca,
dukkha, dan anatta). Istilah lain untuk panna adalah amoha atau
ketidakbodohan/samma ditthi atau Pandangan Benar. (Susila ,2012,I,89-100).
G. Implikasi Faktor -Faktor Mental Hubungannya
Dengan Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan
ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Dalam pembelajaran terjadi
proses panjang utuk menjadikan peserta didik dapat merubah perilakunya sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Irham dan Novan
(2013.19) Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilaksanakan oleh individu
dengan dibantu oleh pendidik untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Tujuan-tujuan tersebut dalam proses pembelajaran diusahakan sedemikian rupa
oleh guru dengan cara diorganisasikan. Dengan demikian proses belajar harus
dirancang dan dikembangkan terlebih dahulu oleh guru.
Seorang guru adalah orang yang mendengar dan
menyebabkan orang lain mendengar, seorang yang tahu dan memberi tahu dengan
jelas, seorang yang cakap dan mengenali kecocokan dan ketidakcocokan, serta
tidak menimbulkan pertengkaran. Ia tidak membimbing didepan orang banyak,
ceramah tidak kehilangan arah, tanpa ada yang disembunyikan, tidak ragu-ragu
berbicara, dan tidak menjadi bingung atau marah menghadapi pertanyaan (A.IV.196).
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya
proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses
belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan terjadinya perubahan
sikap dan tingkah laku siswa dari tidak baik menjadi baik. Buddha menyatakan
ada sepuluh perilaku yang baik yaitu: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak
berjinak, tidak berdusta, tidak memfitnah, tidak tamak, tidak berpadangan salah
(M.I.287-288).
Buddha memberi petunjuk kepada Ananda agar memenuhi
lima hal, yaitu: mengajar secara bertahap, mengajar dengan alasan atau berdasar
sebab yang mendahului sehingga dimengerti, mengajar terdorong karena cinta
kasih, mengajar tidak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, mengajar
tanpa merugikan diri sendiri ataupun orang lain (A.III.184) Oleh sebab itu agar dapat
dikontrol dan berkembang secara optimal melalaui proses pembelajaran di kelas,
maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh guru
dengan memperhatikan berbagai faktor mental yang dimiliki oleh peserta didik.
Menurut Buddha Dhamma faktor-faktor mental yang ada
dalam diri seorang individu telah dibahas secara mendalam. Faktor-faktor mental
tersebut ada yang baik dan ada yang buruk oleh karena itu sebagai pendidik
dalam memberikan pembelajaran pada siswa hendaknya memperhatikan faktor-faktor
tersebut dan tugas guru adalah memberikan motivasi kepada anak didik untuk mengarahkan
agar siswa bisa menumbuhkan
bentuk-bentuk mental/batin yang
baik dan menekan
bahkan
menghilangkan bentuk-bentuk batin yang tidak baik dan tidak berguna dan
mengarahkan bentuk-bentuk mental universal dan bentuk bentuk batin
partikular pada
hal hal yang bermanfaat.
Guru yang tercerahkan, ajarannya benar, di perlihatkan
dengan baik, berguna dalam menenangkan, dan membawa pencerahan, dan menuntun
muridnya, setelah menerimanya, melatihnya dengan benar, dan memeliharanya, dan
setelah mendengarnya maka sang muridpun berlatih dengan lebih keras, dan
memperoleh jasa yang lebih besar serta menenangkan, maka tercapailah pencerahan
tertinggi (D.III.121).
BAB III
P E N U T U P
1. Kesimpulan
Pembelajaran merupakan upaya
memberikan dorongan bimbingan terhadap siswa agar yang bersangkutan secara
sadar dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memproleh hasil belajar dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan perubahan
sikap dan tingkah laku siswa dari tidak baik menjadi baik.
Bagi siswa pembelajaran
merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal
tersebut adalah seluruh bentuk-bentuk mental yang dimiliki oleh siswa maka
tugas guru sebenarnya adalah memberikan motivasi bimbingan agar para siswa bisa
menumbuhkan bentuk-bentuk mental/batin yang baik ( Sobhanasadharana cetasika
25) dan menekan bahkan menghilangkan bentuk-bentuk batin yang tidak baik dan
tidak berguna (Akusala cetasika 14) dan mengarahkan Annasamana Cetasika 13
yaitu bentuk-bentuk mental universal ( Annasamana Cetasika 7) dan bentuk bentuk
batin partikular (pakinnaka cetasika 6) pada hal hal yang bermanfaat saja,
mengingat bahwa bentuk-bentuk batin Annasamana Cetasika 13 ini dapat bersekutu
dengan semua kesadaran/pikiran yang baik maupun yang jahat.
2. Saran-saran
Dalam proses pembelajaran sebagai seorang pendidik
hendaknya dapat merancang model atau metode pembelajaran dengan memperhatikan
faktor-faktor mental yang dimiliki anak didik, faktor mana yang hendaknya
dikembangkan dan faktor-faktor mental apa saja yang harus ditekan sehingga
tujuan pembelajaran tercapai secara oktimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anguttara Nikaya (The Book Of
Gradual Sayings) Vol.III. Terjemahan Woodward,F.L & Hare, E.M. 1971-1978. London:
The Pali Text Society
Digha Nikaya (Dialoque Of The Buddha) Vol.III.Terjemahan Davids,
Rhys. 1977. London. The Pali Text Society.
Irham, Muhammad dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi pendidikan: Teori
Aplikasi Dalam ProsesPembelajaran, 2013. Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
Kaharudin, J Pandit, Abhidhammattasangaha II , 1991. Jakarta: CV Nitra
Kencana Buana.
Majjhima
Nikaya (The Middle
Length Sayings) Vol.I. Terjemahan Hoener, I.B..1989. London: The Pali Text Society.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. 1999. Jakarta: PT. Logos
Wacana Ilmu.
Mettadewi.W.S.H, S.A.B Pokok-Pokok Dasar Abhidhamma I. 1994 Jakarta: Sekolah Tinggi Agaa Buddha Nalanda.
Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan. 1992. Bandung: Rosdakarya.
Pidarta, Made. 2007. Wawasan Pendidikan (Mencapai Tujuan Pendidikan
Nasional Pengembangan Afeksi dan Budaya Pancasila Mengurangi Lulusan
Menganggur). Surabaya : Unesa University Press.
Sikkhananda,Bhikkhu. Dasar-Darar Abhidhamma.2011.Myanmar: Chanmyay Yeiktha
Meditation Center.
Suryabrata Sumadi. Psikologi Pendidikan. 1998. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Susila Sayalay, Mengungkap Misteri Batin dan Jasmani melaluhi
Abhidhamma 2012.
Jakarta: Yayasan Prasadha Jinarakkhita Buddhist Institute
Belum ada tanggapan untuk "FAKTOR MENTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN"
Post a Comment