Pada
umumnya masyarakat, terutama umat Buddha telah sering mendengar
perkataan bhavana atau Samadhi atau meditasi. Namun perkataan meditasi
sering di salah artikan, baik oleh umat Buddha sendiri maupun bukan.
Pada saat kata meditasi disebut, orang segera menggambarkan dalam
pikirannya penyingkiran diri dari kesibukan penghidupan sehari hari,
dengan duduk dalam sikap tertentu, seperti sebuah patung di dalam gua
atau ruangan didalam vihara, disatu tempat yang jauh dari keramaian
dunia, tenggelam dalam satu perenungan atau dalam salah satu keadaan
gaib atau tidak ingat orang sama sekali. Sesungguhnya meditasi Buddhis
yang benar bukanlah berarti penyingkiran diri semacam itu.
Banyak
orang menaruh perhatian terhadap meditasi dengan tujuan untuk
memperoleh kekuatan – kekuatan gaib, seperti dapat menyembuhkan orang
sakit, memperoleh kemampuan menembus dinding, melawan api, terbang di
angkasa dan lain – lain. Sesungguhnya hal ini tidak dapat menyingkirkan
kekotoran – kekotoran batin, tidak dapat membawa seseorang pada
pencapaian Nibbana.
Ada
pula orang yang beranggapan bahwa dengan melaksanakan meditasi, maka
seseorang akan kemasukan roh jahat. Sesungguhnya ini merupakan pandangan
keliru dari orang – orang yang belum mengerti dengan benar akan
meditasi. Apabila hal ini memang terjadi, maka ini disebabkan karena
mereka melakukan meditasi dengan cara yang salah. Orang yang kemasukan
roh jahat, pikirannya pada saat itu sedang kosong, sedangkan orang yang
bermeditasi, pikirannya pada saat itu sedang terpusat.
Meditasi
Buddhis yang benar berarti memusatkan pikiran pada suatu obyek yang
baik. Hal ini dapat dilakukan dalam keadaan yang khusus, dapat pula
dilakukan pada saat melakukan pekerjaan. Sikap pikiran meditasi diwaktu
melakukan pekerjaan ialah seluruh perhatian di pusatkan pada pekerjaan
yang sedang dilakukan. Inilah yang disebut “Hidup pada saat ini” karena
itu, meditasi tidak perlu terpisah dari aktivitas kehidupan
sehari – hari. Meditasi atau bhavana merupakan salah satu bagiana dari
ajaran Sang Buddha yang bertujuan untuk menghasilkan satu keadaan mental
yang sehat dan sempurna. Bhavana tidak dapat dipisahkan dari ajaran
tentang Jalan Mulia Berunsur Delapan ( Ariya Atthangika Magga ). Unsur
keenam, unsur ketujuh dan unsure kedelapan dari Ariya Atthangika Magga
merupakan ajaran bhavana. Usaha benar merupakan unsur keenam yang
selalu menyertai unsur ketujuh dan unsur kedelapan. Perhatian benar
merupakan unsur ketujuh yang termasuk vipassana bhavana. Konsentrasi
benar merupakan unsur kedelapan yang menerangkan sesuatu tentang samatha
bhavana. Ketiga unsur ini harus dilaksanakan bersama – sama dengan
kelima unsur lainnya dari Ariya Atthangika Magga karena
unsur – unsur ini sebenarnya satu sama lain saling bergantungan dan
saling mengisi . Dengan melaksanakan Ariya Atthangika Magga, maka
terhentilah dukkha ( derita ) dan tercapailah Nibbana.
Cara melaksanakan bhavana
Orang
yang baru belajar meditasi sebaiknya mencari tempat yang cocok untuk
melakukan meditasi. Tempat itu adalah tempat yang sunyi dan tenang,
bebas dari gangguan orang – orang di sekitarnya, bebas dari gangguan
nyamuk dll. Untuk tahap permulaan, hendaknya orang berlatih di tempat
yang sama, jangan pindah – pindah tempat. Jika meditasinya telah maju,
maka dapat dilakukan dimana saja di setiap tempat, baik kantor, pasar,
kebun, hutan maupun di tempat yang ramai.
Waktu
untuk melaksanakannya dapat dipilih sendiri, biasanya waktu yang baik
untuk bermeditasi adalah pagi hari antara pukul 04.00 sampai pukul 07.00
dan malam hari antara pukul 17.00 sampai pukul 22.00. JIka waktu untuk
bermeditasi telah ditentukan, maka waktu tersebut hendaknya digunakan
khusus untuk bermeditasi. Meditasi sebaiknya dilakukan setiap hari
dengan waktu yang sama secara teratur atau kontinyu. Bila meditasinya
telah maju, maka dapat dilakukan kapan saja pada setiap waktu.
Orang
bebas memilih posisi meditasi. Biasanya posisi meditasi yang baik
adalah duduk bersila dilantai yang beralas, dengan meletakkan kaki kanan
di atas kaki kiri, dan tangan kanan menumpu tangan kiri di pangkuan.
Atau boleh juga dalam posisi setengah sila, dengan kaki dilipat ke
samping. Bahkan kalau tidak memungkinkan, maka dipersilahkan duduk di
kursi. Yang penting adalah bahwa badan dan kepala harus tegak, tetapi
tidak kaku atau tegang. Duduklah seenaknya, jangan bersandar, mulut dan
mata harus tertutup. Selama meditasi berlangsung hendaknya diusahakan
untuk tidak menggerakan anggota badan, jika tidak perlu. Namun bila
badan jasmani merasa tidak enak, maka diperbolehkan untuk menggerakan
tubuh atau mengubah sikap meditasi. Tetapi hal ini harus dilakukan
perlahan – lahan, disertai dengan penuh perhatian dan kesadaran. Jika
meditasinya telah maju, maka dapat dilakukan dalam berbagai posisi, baik
berdiri, berjalan atau berbaring.
Pikiran
dipusatkan pada obyek yang telah dipilih. Pada tingkat permulaan,
tentunya pikiran akan lari dari obyek. Hal ini biasa, karena pikiran itu
lincah, banal dan selalu bergerak. Namun hendaknya orang yang
bermeditasi selalu sadar dan waspada terhadap pikiran. BIla pikiran itu
lari dari obyek, ia sadar bahwa pikiran itu lari, dan cepat
mengembalikan pikiran itu pada obyek semula. BIla hal ini dapat
dilaksanakan dengan baik, maka kemajuan dalam meditasi pasti akan
diperoleh.
Dalam Samatha Bhavana ada 40 macam obyek meditasi. Obyek obyek
meditasi ini dapat dipilih salah satu yang kiranya cocok dengan sifat
atau pribadi seseorang . pemilihan ini dimaksudkan untuk membantu
mempercepat perkembangannya. pemilihan sebaiknya dilakukan dengan
bantuan seorang guru.
Keempat Puluh Macam Obyek Meditasi Itu Ialah :
A. Sepuluh Kasina ( Sepuluh Wujud Benda ) yaitu :
1. Pathavi Kasina ( Wujud Tanah )
2. Apo Kasina ( Wujud Air )
3. Tejo Kasina ( Wujud Api )
4. Vayo Kasina ( Wujud Udara Atau Angin )
5. Nila Kasina ( Wujud Warna Biru )
6. Pita kasina ( Wujud Warna Kuning )
7. Lohita Kasina ( Wujud Warna Merah )
8. Odata kasina ( Wujud Warna Putih )
9. Aloka Kasina ( Wujud Cahaya )
10. Akasa Kasina ( Wujud Ruang Terbatas )
Dalam kasina tanah, dapat dipakai kebun yang baru dicangkul atau segumpal tanah yang dibulatkan.
Dalam kasina air, dapat dipakai sebuah telaga atau air yang ada di dalam ember.
Dalam kasina api, dapat dipakai api yang menyala yang didepanya diletakan seng yang berlobang.
Dalam kasina angin, dapat dipakai angin yang berhembus di pohon pohon atau di badan.
Dalam kasina warna, dapat dipakai benda benda seperti bulatan dari
kertas, kain atau bunga yang berwarna biru, kuning, merah atau putih.
Dalam kasina cahaya, dapat dipakai cahaya matahari atau bulan yang
memantul di dinding atau di lantai, melalui jendela dan lain lain. Dalam
kasina ruangan terbatas, dapat dipakai ruangan kosong yang mempunyai
batas – batas disekelilingnya seperti drum dan lain – lain.
Disini, mula – mula orang harus memusatkan seluruh perhatiannya pada
bulatan yang berwarna biru misalnya, selanjutnya dengan memandang terus
pada bulatan itu, orang harus berjuang agar pikirannya tetap berjaga –
jaga, waspada dan sadar. Sementara itu benda – benda di sekeliling
bulatan itu seolah olah lenyap dan bulatan tersebut kelihatan makin semu
dan akhirnya sebagai bayangan pikiran saja. Kini walaupun mata dibuka
atau ditutup, orang masih melihat bulatan biru itu di dalam pikirannya.
yang semakin lama semakin terang seperti bulatan dari rembulan.
Cara menggunakan obyek Alo Kasina
Cara
mengembangkan obyek alo kasina untuk memperoleh dibbacakkhu adalah
dengan melihat sinar yang masuk melalui sebuah lubang, kita hendaknya
menggunakan tabir untuk melihat sinar yang masuk itu. Kita mulai
melihat, mengamati dan mengingatnya, kemudian mata kita dipejamkan.
Selama mata terpejam kita harus dapat mengingat bayangan obyek tersebut,
seolah olah kita melihat obyek itu seperti pada waktu mata terbuka.
Bila kita lupa pada obyek tersebut,ulangi lagi seperti semula, kita
membuka mata dan mengamatinya, kemudian kita menutup mata kembali,
begitulah seterusnya sebelum obyek itu benar – benar dapat dipegang
dengan kuat dalam bathin sehingga pikiran tidak pergi kesana kemari atau
kehilangan obyek. Kita selalu harus mengingatnya dalam bathin obyek alo
kasina tersebut sampai melekat dalam bathin sehingga dapat diingat
setiap saat bila kita menginginkannya.
Bila bathin ( Citta )
telah kuat memegang obyek dan perhatian pikiran sepenuhnya terpusat
pada obyek, maka bathin dapat terpusat, selanjutnya akan muncul gambaran
– gambaran bathin. Pada waktu muncul gambaran – gambaran bathin, kita
harus memotongnya, kita harus menyadarinya kemudian kembali pada obyek
semula. Kita hanya memusatkan pikiran pada obyek saja. Bila gangguan
dari gambaran – gambaran bathin semakin kuat, kita boleh membuka mata
kembali, melihat sinar secukupnya sampai gambaran – gambaran bathin itu hilang.
Usahakan
obyek itu dapat melekat dalam bathin sehingga kapan saja kita inginkan
sinar itu akan muncul kemudian dijadikan obyek, sebaliknya bila kita
kehendaki sinar itu hilang, maka sinar itupun segera hilang. Kita juga
dapat mengubah sinar itu menjadi besar atau kecil dalam bathin kita.
Bila kita telah sampai pada tahap ini, kita harus rajin berlatih, dijaga
dan dikembangkan terus. Jangan beranggapan bahwa meditasi telah selesai
dalam tahap ini. Kita harus rajin melatih alo kasina dalam kegiatan
sehari hari, Dengan latihan tekun, lama kelamaan obyek sinar itu berubah
manjadi sinar yang jernih seperti cahaya bintang berkelap kelip, jernih
dan indah sekali. Bila dalam meditasi muncul keadaan seperti ini, kita
hendaknya mampu merubah rubah menjadi besar, kecil, tinggi atau pendek.
Usahakanlah hal tersebut sampai mahir karena hal ini sangat membantu dan
bermanfaat untuk melatih “manomayitthi” ( Kita mampu menggunakan bathin dengan sekehendak hati ).
Mahirkanlah
latihan ini hingga mampu memisahkan bathin dan tubuh, oleh karena itu
kita harus ketat mengawasi bathin kita yang sudah mahir itu, bila kita
melatih dibbacakkhu atau manomayitthi akan memperoleh bermacam macam
pengetahuan ( Nana ) sebagai berikut :
1. Cutupapata Nana : Pengetahuan tentang kematian dan kelahiran makhluk hidup.Makhluk yang mati akan tumimbal lahir dialam mana dan makhluk yang terlahir berasal dari alam mana.
2. Cetopariya Nana : Pengetahuan tentang jalan pikiran orang lain dan makhluk – makhluk lain.
3. Pubbeniwasanussati Nana : Pengetahuan tentang kehidupan yang lampau.
4. Atitamsa Nana : Pengetahuan tentang sebab – sebab yang lampau.
5. Anagatamsa Nana : Pengetahuan tentang hal – hal yang akan datang
6. Pancupanam saya Nana : Pengetahuan tentang apa yang akan terjadi pada saat sekarang.
7. Yathakammuta
Nana : Pengetahuan tentang sebab akibat karma suatu makhluk, manusia,
dewa, brahma, mengapa mereka berbahagia dan menderita karena karmanya.
Baik
sekali melatih meditasi dengan obyek kasina sampai tingkat tinggi, asal
tidak lupa melatihnya setiap hari, Jangan pernah berpikir bahwa latihan
ini memakan waktu yang tidak terbatas. Bila seseorang memiliki
keyakinan, belajar sesuai dengan yang Sang Buddha ajarkan, pasti dalam
waktu yang tidak lama akan berhasil.Mungkin dalam waktu tiga bulan
mungkin ia akan memperoleh hasilnya. Bila seseorang memiliki karma baik
atau pernah melatih dibbacakkhu nana dalam kehidupan yang lampau, ia
akan memperoleh hasil dalam waktu tujuh hari atau sampai tiga bulan.
Didalam
kitab Visuddhi Magga dikatakan bahwa orang yang telah memperoleh
dibbacakkhu nana dalam kehidupan yang lampau, ia akan mencapai
dibbacakkhu nana hanya dengan melihat dari sinar sebuah lubang dalam
sekejap saja karena ia masih teringat akan pengaruh kekuatan
kehidupannya yang lampau.
Obyek gambar dan cara melepaskannya
Setelah
kita mengetahui hasil pengembangan meditasi dengan obyek sinar, kita
kemudian dapat menggunakan obyek gambar cahaya / sinar untuk ketenangan (
Jhana ). Kita dapat membuktikan bahwa diri sendiri telah memperoleh
Jhana atau belum. Caranya, kita mencoba melihat alam surga atau neraka
dengan mata bathin atau dengan melihat benda – benda yang sangat jauh
yang tidak bias dilihat dengan mata biasa, kecuali dengan mata bathin.
Bila kita tidak dapat melihatnya, berarti Jhana tersebut palsu atau
belum mencapainya.
Cara
melihatnya, pertama tama kita melihat obyek sinar dalam meditasi (
Jhana ) kemudian kita bertekad semoga gambar terang / cahaya ini lenyap
dan muncul bentuk surga atau neraka. Bila kekuatan bathin ( Jhana ) yang
asli maka bathin kita dapat melihat surga atau neraka itu. Adapun
terlihat jelas atau tidaknya semua tergantung pada keahlian pengembangan
dalam Jhana tersebut. Inilah yang disebut pengetahuan Mata Dewa (
dibbacakkhu ) dan selanjutnya kemampuan bathin lainnya akan muncul
setelah dibbacakkhu, kecuali pubbenivasanussati Nana.
B. Sepuluh Asubha ( Sepuluh Wujud Kekotoran ) yaitu :
1. Uddumataka ( Wujud mayat yang membengkak )
2. Vinilaka ( Wujud mayat yang berwarna kebiru biruan )
3. Vipubbaka ( Wujud mayat yang bernanah )
4. Vicciddaka ( Wujud mayat yng terbelah di tengahnya )
5. Vikkahayitaka ( Wujud mayat yang digerogoti binatang – binatang )
6. Vikkhittaka ( Wujud mayat yang telah hancur lebur )
7. Hatavikkhittaka ( Wujud mayat yang busuk dan hancur )
8. Lohitaka ( Wujud mayat yang berlumuran darah )
9. Puluvaka ( Wujud mayat yang dikerubungi belatung )
10. Atthika ( Wujud tengkorak )
C. Sepuluh Anussati ( Sepuluh Macam Perenungan ) yaitu :
1. Buddhanussati ( Perenungan terhadap Buddha )
2. Dhammanussati ( Perenungan terhadap Dhamma )
3.Sanghanussati ( Perenungan terhadap Sangha )
4. Silanussati ( Perenungan terhadap Sila )
5. Caganussati ( Perenungan terhadap kebajikan )
6. Devatanussati ( Perenungaan terhadap Makhluk – Makhluk Agung atau Para Dewa )
7. Marananussati ( Perenungan terhafdap kematian )
8. Kayagatasati ( Perenungan terhdapa badan jasmani )
9. Anapanasati ( Perenungan terhadap pernapasan )
10. Upasamanussati ( Perenungan terhadap nibbana atau nirwana )
D. Empat Appamanna ( Empat Keadaan Yang Tidak Terbatas ) yaitu :
1. Metta cinta kasih yang universal tanpa pamrih
2. Karuna belas kasihan
3. Mudita perasaan simpati
4. Upekkha keseimbangan batin
E. Satu Aharapatikulasanna ( Satu Perenungan Terhadap Makanan Yang Menjijikan )
F. Satu Catudhatuvavatthana ( Satu Analisa Terhadap Keempat Unsur yang Ada Didalam Badan Jasmani )
G. Empat Arupa ( Empat Perenungan Tanpa Materi ) yaitu :
1. Kasinugaghatimakasapannatti ( Obyek Ruangan Yang Sudah Keluar Dari Kasina )
2. Akasanancayattana Citta ( Obyek Kesadaran Yang Tanpa Batas )
3. Natthibhavapannati ( Obyek Kekosongan )
4. Akincannayatana Citta ( Obyek Bukan Pencerapan Pun Tidak Bukan Pencerapan )
Lima Macam Nivarana
Nivarana berarti rintangan atau penghalang batin yang selalu menghambat perkembangan pikiran. Nivarana ini ada 5 macam yaitu :
1. Kamachanda ( Nafsu – nafsu keinginan )
Nafsu
keinginan akan timbul apabila orang berulang – ulang memperhatikan
obyek yang indah, tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk membebaskan diri
dari nafsu keinginan, hendaknya orang senantiasa melaksanakan meditasi
dengan memakai obyek yang kotor dan atau menjijikan dan berusaha
menghindari obyek – obyek yang bisa merangsang, berusaha untuk menguasai
pikiran dan mengendalikan indriya – indriyanya.
2. Byapada ( Kemauan jahat )
Kemauan
jahat akan timbul apabila orang berulang – ulang memperhatikan obyek
yang meyebabkan timbulnya kebencian, tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk
menaklukan kemauan jahat hendaknya orang senantiasa melaksanakan
meditasi cinta kasih, senantiasa ingat bahwa setiap orang adalah pemilik
dan pewaris dari perbuatannya sendiri.
3. Thina middha ( Kemalasan dan kelelahan )
Kemalasan
dan kelelahan akan timbul apabila orang berulang – ulang memperhatikan
rasa segan , rasa malas, kelelahan tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk
membebaskan diri dari kemalasan dan kelelahan, orang hendaknya
senantiasa merenungkan suatu cahaya sampai terserap kedalam batin,
senantiasa melihat penderitaan di dalam ketidak kekalan.
4. Uddhacca kukkucca ( Kegelisahan dan kekhawatiran )
Kegelisahan
dan kekhawatiran akan timbul apabila orang berulang – ulang
memperhatikan ketidak tentraman pikiran, tanpa disertai kebijaksanaan.
Untuk mengatasi kegelisahan dan kekhawatiran orang hendaknya senantiasa
mempelajari dan memahami kitab suci Tipitaka serta berusaha melaksanakan
sila dengan sempurna.
5. Vicikiccha ( Keragu – raguan )
Keragu
– raguan akan timbul apabila orang berulang – ulang memperhatikan
sesuatu yang menyebabkan timbulnya keragu – raguan tanpa disertai
kebijaksanaan. Untuk membebaskan diri dari keragu – raguan, orang
hendaknya senantiasa meneguhkan keyakinan pada Buddha, Dhamma dan
Sangha.
Sepuluh macam Palibodha
Palibodha berarti gangguan dalam meditasi yang menyebabkan batin gelisah dan tidak mampu memusatkan pikiran pada obyek.
1. Avasa ( Tempat tinggal )
2. Kula ( pembantu dan orang yang bertanggung jawab )
3. Labha ( Keuntungan )
4. Gana ( murid dan teman )
5. Kamma ( pekerjaan )
6. Addhana ( perjalanan )
7. Nati ( orang tua, keluarga, saudara )
8. Abadha ( penyakit )
9. Gantha ( pelajaran )
10. Iddhi ( Kekuatan gaib )
Dalam
melaksanakan meditasi umumnya orang yang bermeditasi sering juga
mendapat gangguan yang disebut palibodha. Ia merasakan khawatir akan
tempat tinggalnya, terikat dengan rumahnya, ia merasa khawatir dengan
pembantu dan orang yang bertanggung jawab atas harta bendanya. Ia merasa
khawatir akan persoalannya, apakah meditasi ini akan membawa keuntungan
baginya. Ia merasa khawatir akan murid dan teman – temannya, Ia merasa
khawatir akan pekerjaan yang belum selesai. Ia merasa
khawatir akan perjalanan jauh yang harus ditempuhnya, Ia merasa khawatir
akan orang tuanya, keluarganya dan saudaranya. Ia merasa khawatir akan
kemungkinan timbulnya penyakit. Ia merasa khawatir akan pelajaran yang
di tinggalkannya. Ia merasa khawatir akan bermacam – macam kekuatan
magis yang dipertunjukan, takut akan kemerosotan kekuatan magisnya.
Palibodha ini harus dibasmi agar orang dapat memusatkan pikiran dengan baik.
Tiga Macam Nimitta
Nimitta berarti suatu pertanda atau gambaran yang ada hubungannya dengan perkembangan obyek meditasi. NImitta ini ada tiga macam yaitu :
1. Parikamma Nimitta ( gambaran batin permulaan )
Mengenai
Parikamma Nimitta, gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi,
seperti patung Buddha, mula – mula dilihat dengan mata, kemudian
dibayangkan dalam pikiran. Jadi Parikamma Nimitta merupakan gambaran
atau bentuk dari obyek dalam keadaan yang sebenarnya. Semua obyek ( 40
macam obyek meditasi ) dapat menghasilkan Parikamma Nimitta.
2. Uggaha Nimitta ( gambaran batin mencapai )
Mengenai
Uggaha Nimitta, gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi
dilihat dengan batin, hingga obyek itu melekat dalam pikiran. Jadi
Uggaha Nimitta merupakan gambaran obyek didalam batin yang
sama dengan bentuk obyek yang dipakai, walaupun mata telah dipejamkan.
Untuk mencapai Uggaha Nimitta, semua obyek meditasi dapat dipakai dalam
melaksanakan samatha bhavana.
3. Patibhaga Nimitta ( gambaran batin berlawanan )
Mengenai
Patibhaga Nimitta, gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi
yang telah melekat pada pikiran, terpeta dengan nyata, tetap jernih,
jelas, terbebas dari gangguan dan gambaran obyek tersebut dapat
dibesarkan dan dikecilkan menurut kemauan. Jadi Patibhaga Nimitta
merupakan gambaran pantulan dari obyek yang dipakai, yang bentuk
gambaran itu berubah menjadi sinar terang didalam batinnya. Untuk
mencapai Patibhaga Nimitta maka obyek yang harus diambil dalam
melaksanakan samatha bhavana ialah sepuluh kasina, sepuluh asubha, satu
kayagatasati dan satu anapanasati.
Pengertian Jhana
Jhana berarti kesadaran / pikiran yang memusat dan melekat kuat pada
obyek kammatthana / meditasi, yaitu kesadaran atau pikiran
terkonsentrasi pada obyek dengan kekuatan appana samadhi ( konsentrasi
yang mantap ) yaitu kesadaran / pikiran terkonsentrasi pada obyek dengan
kuat ).
Jhana merupakan keadaan batin yang sudah diluar aktivitas panca
indera. Keadaan ini hanya dapat dicapai dengan usaha yang ulet dan
tekun. Dalam keadaan ini, aktivitas panca indera berhenti, tidak muncul
kesan – kesan penglihatan maupun pendengaran, pun tidak muncul perasaan
badan jasmani. Walaupun kesan – kesan dari luar telah berhenti , batin
masih tetap aktif dan berjaga secara sempurna serta sadar sepenuhnya.
Jhana hanya mampu menekan atau mengendapkan kekotoran batin untuk
sementara waktu. Ia tidak dapat melenyapkan kekotoran batin. Sewaktu –
waktu Jhana dapat merosot karena Jhana tidak kekal.
Enam Macam Abhinna :
Abhinna berarti kemampuan atau kekuatan batin yang luar biasa atau tenaga batin.
Abhinna akan timbul dalam diri orang yang telah mencapai Jhana-
Jhana, dimana Jhana tingkat keempat ( Catuttha Jhana ) merupakan dasar
untuk timbulnya Abhinna ini. Namun hal ini juga tergantung pada Kusala
Kamma ( Perbuatan baik ) dari kehidupan yang lampau. Mengenai obyek
meditasi yang dapat menimbulkan Abhinna ialah hanya sepuluh kasina.
Abhinna itu ada enam macam dan dapat dibagi atas dua kelompok besar
yaitu Abhinna yang duniawi atau lokiya dan Abhinna yang diatas duniawi
atau lokuttara.
Abhinna yang duniawi ( lokiya abhinna ) terdiri atas lima macam yaitu :
1. Iddhividhanana sering disebut sebagai kekuatan gaib atau kekuatan
magis atau kesaktian. Ini terbagi lagi atas beberapa macam yaitu :
a. Adhitthana iddhi ialah kemampuan untuk mengubah diri dari satu menjadi banyak atau dari banyak menjadi satu
b. Vikubbana iddhi ialah kemampuan untuk merubah bentuk, seperti
menjadi anak kecil, raksasa, ular atau membuat diri menjadi tidak
tampak.
c. Manomaya iddhi ialah kemampuan mencipta dengan menggunakan
pikiran, seperti menciptakan istana, gunung, sungai, harimau, wanita
cantik dan lain – lain.
d. Nanavipphara idhi ialah kemampuan untuk menembus ajaran melalui pengetahuan.
e. Samadhivipphara iddhi ialah kemampuan memencarkan melalui konsentrasi, yaitu :
– kemampuan menembus dinding, pagar, gunung dan lain – lain.
– kemampuan menyelam ke dalam bumi bagaikan menyelam ke dalam air.
– kemampuan berjalan diatas air bagaikan berjalan diatas tanah yang padat.
– kemampuan terbang di angkasa seperti burung.
– kemampuan melawan api.
– kemampuan menyentuh bulan dan matahari dengan tangannya.
– kemampuan memanjat puncak dunia sampai ke Alam Brahma.
2. Dibbasotanana ( Telinga Dewa ) ialah kemampuan untuk mendengar suara -suara dari alam lain, yang jauh mauun yang dekat.
3. Cetopariyanana ialah kemampuan untuk membaca pikiran makhluk lain.
4. Dibbacakkhunana ( Mata Dewa ) ialah kemampuan untuk melihat alam –
alam halus dan muncul lenyapnya makhluk- makhluk yang bertumimbal lahir
sesuai dengan karmanya masing – masing.
5. Pubbenivasanussatinana ialah kemapuan untuk mengingat tumimbal lahir yang lampau dari diri sendiri dan orang lain.
Abhinna yang diatas duniawi ( lokuttara abhinna ) hanya ada satu
macam yaitu Asavakkhayanana ialah kemampuan untuk memusnahkan kekotoran
batin. Pemusnahan kekotoran batin ini akan membimbing ke arah kesucian
tertinggi atau arahat.
Perlu diingat bahwa tujuan umat Buddha bukanlah untuk mendapatkan
kegaiban dan mukzizat yang aneh – aneh dan luar biasa. Sang Buddha tidak
membenarkan siswa – siswaNya melakukan sesuatu yang ajaib dan Mujizat,
karena perbuatan demikian itu tidak akan mempertinggi martabat mereka di
mata orang lain. Lagipula kegaiban itu bukanlah merupakan hal yang
penting dalam mencari kebebasan ( Nibbana ).
Sumber : https://whitelotuzz.wordpress.com/meditasi/
Belum ada tanggapan untuk "Meditasi Buddhis"
Post a Comment