Kraton Ratu Boko terletak di Bukit Boko, 19 kilometer ke arah timur dari
Kota Yogyakarta (menuju ke arah Wonosari) dan 2 kilometer dari
Candi Prambanan ke arah selatan.
Dilihat dari lokasinya yang berupa dataran tinggi, kompleks Ratu Boko memiliki
keunikan dan daya tarik tersendiri. Salah satunya adalah pemandangan yang cukup
memukau;
sejauh mata memandang akan terlihat Candi Prambanan dan Candi Kalasan
di arah utara dengan latar belakang pemandangan
Gunung Merapi dan suasana pedesaan
dengan sawah menghijau di sekelilingnya. Selain itu, di arah selatan, samar-samar
dapat terlihat Pantai Selatan.
Riwayat pendirian dan penggunaan bangunan di kompleks Ratu Boko antara lain dapat
diketahui dari prasasti yang ditemukan di kompleks ini. Berdasarkan sumber prasasti
Walaing yang berangka tahun 792 M, berisi tentang peringatan pendirian Abhayagiriwihara
oleh Rakai Panangkaran.
Berdasarkan struktur bangunan dan prasasti yang ditemukan,
kompleks Ratu Boko awalnya adalah sebuah wihara untuk pendeta Buddha yang bernama
Abhayagiri. Selanjutnya pada tahun 856 M, kompleks tersebut difungsikan sebagai
kraton oleh Rakai Walaing Pu Khumbayoni yang beragama Hindu. Oleh karena itu tidak
mengherankan bila unsur agama Hindu dan Buddha tampak bercampur di bangunan ini.
Unsur Hindu dapat dilihat melalui yoni, tiga miniatur candi, arca Ganesha dan
Durga, serta lempengan emas dan perak bertuliskan mantera agama Hindu. Sedangkan
unsur Buddha dapat dilihat dari adanya arca Buddha, reruntuhan stupa, dan stupika.
Kompleks bangunan di Bukit Boko disebut sebagai kraton karena memang disinggung
dalam prasasti dan juga karena kemiripannya dengan gambaran sebuah kraton. Dalam
kitab kesusasteraan Bharatayudah, Kresnayana, Gatotkacasraya, dan Bhomakawya,
disebutkan bahwa kraton merupakan kompleks bangunan yang dikelilingi pagar bergapura.
Di dalamnya terdapat kolam dan sejumlah bangunan lain seperti bangunan pemujaan
dan di luar kraton terdapat alun-alun. Adanya sejumlah umpak serta batur-batur
dari batu andesit di kompleks ini, mengindikasikan bahwa dahulu bangunan yang
berdiri di atasnya terbuat dari bahan kayu.
Berdasarkan letaknya, bangunan di kompleks Ratu Boko dapat dikelompokkan menjadi
tiga bagian, yaitu kelompok barat, tenggara, dan timur. Bangunan tersebut terletak
pada teras-teras yang dibuat pada punggung hingga puncak bukit, dengan halaman
paling depan terletak di sebelah barat, terdiri atas tiga teras.
Masing-masing
teras dipisahkan oleh pagar batu andesit setinggi 3,50 meter, dan tebing teras
diperkuat dengan susunan batu andesit. Batas halaman sebelah selatan juga berupa
pagar dari batu andesit, namun batas utara merupakan dinding bukit yang dipahat
langsung.
Bagian tenggara meliputi struktur lantai, gapura, batur pendopo, batur pringgitan,
miniatur candi, tembok keliling, dua kompleks kolam, dan reruntuhan stupa. Kedua
kompleks kolam dibatasi pagar dan memiliki gapura sebagai jalan masuk. Di dasar
kolam, dipahatkan lingga yoni, langsung pada batuan induk (bedrock). Bangunan
kelompok timur meliputi satu buah kolam dan dua buah gua yang disebut Gua Lanang
dan Gua Wadon.
Sumber : https://gudeg.net/id/directory/13/373/Candi-Ratu-Boko-Yogyakarta.html#.VX16uEa4HLA
Belum ada tanggapan untuk "Tentang Candi Ratu Boko Yogyakarta "
Post a Comment